Yoi

Rabu, 17 Juni 2009

Makalah Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Batak

Sejarah Perkembangan Keluarga Batak

Sejalan dengan perluasan kekuasaan Belanda, pada abad ke-19 mulai tersebar pengaruh agama Kristen di daerah Batak Toba. Selanjutnya, agama Kristen juga di sebarkan ke daerah Simalungun, Karo dan Dairi. Sebagian penduduk dapat di Nasranikan. Pada abad ke-13, Belanda telah
mencengkeram kekuasaan di pulau Nias. Sejak itu pula berangsur-angsur sebagian besar penduduk Nias menganut agama Kristen, sedangkan di daerah pantai sebagian memeluk agama Islam.



Aspek kehidupan orang Batak dikelompokkan dalam sembilan nilai budaya

Kekerabatan mencakup hubungan suku dan kasih sayang berdasarkan hubungan darah dan kerukunan.
Religi mencakup hubungan keagamaan, baik agama warisan nenek moyang maupun agama yang datang dari luar yang mengatur hubungan Maha Pencipta dan hubungan antara manusia dan lingkungan.
Hagabean mencakup lengkapnya putra-putri, banyaknya jumlah keturunan dan panjangnya umur.
Kehormatan mencakup kemuliaan, wibawa, dan karisma.
Kemajuan diraih dengan jalan merantau dan menuntut ilmu.
Norma dan hukum
Kekayaan lahir dan batin
Pengayoman
Konflik menyangkut perjuangan mempertahankan dan memperjuangkan kesembilan aspek diatas.



Aspek Demografi

Orang-orang Batak atau Sumatera Utara merupakan kelompok etnis yang terdiri dari pribumi asal Sumatera Utara, pribumi pendatang dan warga negara keturunan asing. Menurut catatan kantor sensus dan statistik profinsi Sumatera Utara, pada tahun 2000 tercatat jumlah penduduk Sumatera Utara 7.632.955 jiwa, dengan perincian 7.252.820 Warga Negara Indonesia dan 380.135 orang negara asing. Ibukota Sumatera Utara adalah Medan.
Pada beberapa tahun terakhir ini, penduduk Sumatera Utara cenderung mengalami pertambahan tetap. Artinya, pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun naik antara 100.000 dan 200.000 orang pertahun.



Aspek Psikososial

Statifikasi orang Batak di dalam kehidupan sehari-hari mungkin tidak terlihat sangat jelas. Statifikasi orang Batak dibedakan berdasarkan tiga prinsip sebagai berikut.
Perbedaan usia
Perbedaan pangkat dan jabatan
Perbedaan sifat keaslian



Nilai-Nilai Dan Strategi Koping

Nilai-nilai dan strategi koping yang digunakan oleh masyarakat Batak adalah sebagai berikut.
Menghormati orang yang lebih tua
Memecahkan masalah dengan musyawarah
Suami sebagai kepala rumah tangga, tetapi dalam memutuskan sesuatu harus mendiskusikan terlebih dahulu dengan isteri dan anak-anaknya




Praktek Kesehatan Keluarga

Kepercayaan kuno Batak adalah syamaisme, yaitu suatu kapercayaan dengan melekukan pemasukan roh kedalam tubuh seseorang sehingga roh itu dapat berkata-kata. Orang yang menjadi perantara disebut Shaman. Shaman bagi orang Batak disebut Si Baso yang berarti kata. Pada umumnya Si Baso ini adalah dukun wanita. Ketika Baso ini berkata-kata, bahasanya harus ditafsirkan secara khas. Pembicaraan inilah yang dipercayai akan menjadi pentunjuk bagi orang untuk pengobatan dan ramalan. Selain Baso, ada juga yang memegang peranan penting yaitu Datu, biasanya seorang pria. Berlainan dengan Baso, Datu di dalam kegiatannya tidak menjadi medium, melainkan langsung berbicara dengan roh. Datu bertugas mengobati orang sakit, sehingga dalam tugas ini Datu tidak hanya mengetahui white magic, tetapi juga harus menghalau black magic atau magis jahat. Tugas lain Datu adalah memimpin upacara pesta sajian besar dan menjadi pawang hujan.
Menurut kepercayaan orang Batak, apabila seseorang jatuh sakit, Tondi atau Tendi si sakit pergi kesuatu tempat meninggalkan tubuhnya. Karena Tondi itu pergi, orang tersebur jatuh sakit. Agar orang yang sakit dapat sembuh, Tendi-nya harus di panggil kembali agar masuk ke dalam tubuh orang sakit tersebut (Tondi Mulak Tu Badan). Mediator untuk memanggil Tondi tersebut adalah Baso atau Datu. Untuk pelaksanaannya perlu disediakan bahan-bahan ramuan tertentu. Kalau Tondi itu sudah di panggil berulang-ulang tidak mau pulang juga, berarti orang tersebut tidak ada harapan untuk sembuh atau hidup.




Implikasi Keperawatan Keluarga Pada Etnik Batak

Bila ada anggota keluarga batak sakit, mereka akan membawa orang yang sakit ke Baso atau ke Datu. Orang Batak meyakini bahwa seseorang sakit karena roh orang tersebut pergi meninggalkan tubuhnya sehingga diperlukan dukun untuk memanggil kembali rohnya. Apabila orang sakit tersebut meninggal, mereka beranggapan bahwa roh orang yang sakit tersebut tidak mau kembali lagi.
Bila usia orang yang sakit lebih muda, mereka perlu meminta pertimbangan orang yang lebih tua untuk memecahkan masalah dengan musyawarah. Bila istri yang mengalami gangguan kesehatan, suami sebagai kepala rumah tangga perlu dilibatkan. Keputusan masalah kesehatan berada di tangan suami, tetapi umumnya suami harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan istri dan anak-anaknya sebelum mengambil keputusan.
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengobatan, lama-kelamaan orang batak mencari pengobatan ke tenaga kesehatan atau puskesmas terdekat. Walaupun demikian, masih ada yang berobat ke shaman untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga mereka, baik keluarga yang tinggal di pedalaman maupun yang berada di luar Sumatera Utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar