Deklarasi Permesta, atau Piagam Perjuangan Semesta, adalah sebuah pernyataan yang dicetuskan di Makassar pada tanggal 2 Maret 1957 oleh Letnan Kolonel Ventje Sumual. Deklarasi ini menandai lahirnya gerakan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) yang kemudian berpusat di Manado, Sulawesi Utara.
Latar Belakang Deklarasi Permesta:
Deklarasi Permesta lahir dari berbagai faktor ketidakpuasan dan kekecewaan daerah-daerah di luar Jawa terhadap pemerintah pusat di Jakarta pada masa Demokrasi Liberal. Beberapa faktor utama meliputi:
* Ketidakadilan Ekonomi dan Pembangunan: Daerah-daerah seperti Sulawesi dan Sumatera merasa bahwa kekayaan alam mereka dieksploitasi untuk kepentingan pusat dan Pulau Jawa, sementara pembangunan dan kesejahteraan di daerah tertinggal.
* Sentralisasi Kekuasaan: Pemerintah pusat dianggap terlalu dominan dan kurang memperhatikan aspirasi serta kebutuhan daerah.
* Kekecewaan di Tubuh Militer: Sejumlah perwira militer di daerah merasa tidak puas dengan kebijakan pusat, termasuk masalah kesejahteraan tentara.
* Pengaruh Politik Nasional: Adanya ketidakstabilan politik di pusat dan kekhawatiran terhadap pengaruh komunis juga menjadi salah satu latar belakang gerakan ini.
Isi Pokok Deklarasi Permesta:
Meskipun pada perkembangannya Permesta dianggap sebagai gerakan pemberontakan oleh pemerintah pusat, tujuan awal deklarasi ini lebih menekankan pada:
* Tuntutan Otonomi Daerah yang Lebih Luas: Permesta menginginkan desentralisasi kekuasaan dan kewenangan yang lebih besar bagi pemerintah daerah dalam mengelola urusan dan sumber daya mereka.
* Keadilan Ekonomi: Menuntut pembagian pendapatan negara yang lebih adil antara pusat dan daerah penghasil sumber daya alam.
* Pemerataan Pembangunan: Menginginkan percepatan pembangunan infrastruktur dan fasilitas di daerah-daerah luar Jawa yang dianggap tertinggal.
* Reformasi Politik dan Militer: Beberapa tokoh juga menyuarakan perlunya perubahan dalam sistem politik nasional dan restrukturisasi di tubuh militer.
Tokoh-Tokoh Penting dalam Gerakan Permesta:
* Letnan Kolonel Ventje Sumual: Tokoh sentral dan pemimpin gerakan Permesta.
* Kolonel Alex Kawilarang: Seorang perwira tinggi TNI yang kemudian bergabung dengan Permesta.
* Mayor Jenderal Joop Warouw: Tokoh militer yang juga terlibat dalam gerakan ini.
* Sejumlah tokoh militer dan sipil lainnya di Sulawesi Utara dan wilayah Indonesia Timur.
Perkembangan dan Akhir Gerakan Permesta:
Meskipun awalnya tidak bertujuan untuk memisahkan diri dari NKRI, perkembangan situasi politik dan respons dari pemerintah pusat (termasuk operasi militer) menyebabkan konflik bersenjata. Gerakan Permesta berlangsung hingga tahun 1961, ketika pemerintah pusat berhasil memadamkan pemberontakan melalui operasi militer dan pemberian amnesti.
Kesimpulan:
Deklarasi Permesta adalah sebuah pernyataan penting yang menandai munculnya gerakan di Indonesia Timur yang menuntut keadilan, otonomi, dan pemerataan pembangunan dari pemerintah pusat. Meskipun berujung pada konflik, aspirasi yang mendasari Permesta mencerminkan adanya ketidakpuasan di daerah terhadap sistem sentralisasi yang dominan pada masa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar