Yoi

Senin, 12 Oktober 2015

EFEK PEMILU 2014

Tidak dipungkiri bahwa pemilu Presiden 2014 lalu masih menyisakan cerita-cerita diantara para pendukung kedua belah pihak yaitu pendukung Jokowi dan Prabowo. sungguh besar efek yang dirasakan hingga sekarang, bahkan setahun sudah Presiden terpilih menjabat negeri kita tercinta ini, Indonesia Raya.

Adalah Bapak Prabowo Subianto seorang mantan Jenderal bintang 5 dengan partai besarnya yaitu Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) datang sebagai salah satu calon
Presiden Republik Indonesia pada pemilu Presiden 2014 yang berpasangan dengan seorang calon Wakil Presiden yang sudah cukup terkenal di kancah politik Indonesia yaitu Bapak Hatta Radjasa yang diusung oleh partai PAN bersaing di Pilpres (Pemilihan Presiden) 2015 dengan Bapak Joko Widodo yang sangat fenomenal karena karir politiknya menanjak sangat drastis. Diawali dengan menjadi Walikota Surakarta atau lebih dikenal dengan Solo, sebuah kota besar di Propinsi Jawa Tengah. Selanjutnya Beliau juga terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah PDIP mendukungnya untuk ikut Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) DKI Jakarta dan berpasangan dengan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama). Dan akhirnya di Pilpres 2014 lalu Beliaupun diusung oleh partainya untuk maju dalam pemilihan Presiden yang berdampingan dengan Bapak Muhammad Jussuf Kalla. Dalam Pemilu 2014 ini hanya diikuti 2 pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden.

Sejak ditetapkannya 2 pasang Capres Cawapres ini oleh KPU, mulailah muncul kelompok-kelompok pendukung kedua belah pihak, baik dari pihak Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK. Entah darimana awalnya kedua kelompok ini saling menjatuhkan, menyindir ataupun menjelek-jelekkan pasangan Capres dan Cawapres yang menjadi lawan idola mereka di Pilpres 2014. Memang mungkin tidak semuanya begitu, tapi tidak kita pungkiri memang hampir seluruh rakyat Indonesia mengetahuinya dan menilai memang begitu adanya. Mulai dari media televisi, surat kabar, situs-situs berita online, situs-situs jejaring sosial semuanya melakukan hal-hal tersebut, memberitakan kurang baik pada salah satu pasangan Capres Cawapres dan memberi nilai positif pada hanya salah satu pasangan Capres Cawapres. Hal ini seolah-olah menjadi provokasi dikalangan rakyat Indonesia. Tentu saja rakyat yang mendukung salah satu calon akan selalu menilai negatif pada salah satu pasangan calon yang lain, begitupun sebaliknya. Sangat ironis memang jika kita dengar di media-media sosial seperti facebook misalnya, mereka yang awalnya berteman baik tiba-tiba bermusuhan bahkan saling ''block'' satu sama lain.


Sampailah dihari penentuan siapakah diantara kedua pasangan Capres dan Cawapres yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Hampir semua mata Rakyat Indonesia tertuju pada layar televisi pada hari itu untuk melihat siapakah yang akan jadi Presiden mereka selanjutnya. Dalam hal ini rakyat sempat dibuat pusing, pasalnya kedua pasangan sama-sama mengklaim bahwa mereka yang menang dengan lembaga Quick Count (Perhitungan Cepat) yang mereka percayai dan yakini. Sampai akhirnya KPU mengeluarkan pengumuman resminya tentang hasil Pilpres 2014 dan memenangkan salah satu pasangan Capres dan Cawapres.

Setahun sudah Presiden terpilih memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Masih saja terasa efek Pemilu 2014 diantara kedua pendukung. Mereka masih saja berseteru bahkan diawal-awal kepemimpinan DPR dan Pemerintahan menunjukkan sikap berseberangan ironisnya berlanjut hingga sekarang. Hal inilah yang menurut penulis menjadi pencetus tidak harmonisnya hubungan antara kedua belah pihak pendukung nomor 1 dan nomor 2 pasca Pemilu 2014.

Semoga mereka yang diatas bersatu menunjukkan keharmonisan dalam pemerintahan, bekerjasama, saling memberi ide, mengkritik dengan solusi dan pada akhirnya inilah yang diharapkan Bangsa ini untuk membawa Bangsa ini kearah kemajuan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar